Sejarah di Balik Minute Repeater: Komplikasi Jam Tangan Bernilai Miliaran

Coba bayangkan, Anda memiliki jam tangan yang tidak hanya berfungsi sebagai penunjuk waktu saja, tapi juga dapat menghasilkan melodi indah. Menarik bukan? Fitur tersebut hanya dapat Anda temukan pada minute repeater.
Harga yang dibanderol untuk jam tangan dengan komplikasi ini pun menyentuh miliaran. Lalu, apa sebenarnya yang membuat jam tangan minute repeater begitu istimewa? Temukan jawabannya di artikel ini!
Apa Itu Minute Repeater?
Sederhananya, minute repeater adalah komplikasi mekanis pada jam tangan yang dapat mengeluarkan suara untuk menunjukkan waktu. Komponennya berupa dua palu kecil yang memukul cincin logam melingkar (biasa disebut ‘gong’). Gong tersebut menempel dengan mesin dan casing sehingga memunculkan alunan nada.
Uniknya, nada yang muncul dari repeater biasanya kombinasi dari suara tinggi dan rendah. Ini sangat membantu untuk menunjukkan waktu di zaman dahulu, khususnya saat malam hari.
Sejarah Minute Repeater
Untuk memahami sejarah awal komplikasi Minute Repeater, kita harus balik jauh ke dalam sejarah pengukuran waktu. Jam sebagai representasi visual waktu dulunya bukan hal yang utama. Selama ribuan tahun, manusia mengandalkan water clock untuk menghitung waktu.
Bahkan, jam pertama yang diketahui menggunakan roda gigi — yang konon diciptakan oleh Archimedes pada abad ke-3 SM — berbentuk seperti jam kukuk (cuckoo clock) yang bisa berkicau. Artinya, hubungan antara suara dan penunjuk waktu sudah kuat sejak awal peradaban.
Baru pada abad ke-12 hingga ke-13, manusia mulai mengembangkan jam mekanik sepenuhnya — disebut horologium atau horloge saat itu — yang diciptakan hanya untuk satu tujuan: membunyikan lonceng secara otomatis. Ini jadi pengganti jam air, tapi tetap dengan fungsi yang sama, yaitu memberitahu waktu melalui dentangan.
Seiring berkembangnya praktik keagamaan di Eropa, terutama dengan makin terstrukturnya ritual seperti canonical hours, maka gereja, alun-alun kota, dan biara-biara butuh sistem yang bisa membunyikan lonceng pada waktu-waktu tertentu — biasanya untuk mengajak warga berdoa.

The astronomical clock (Orloj) in Prague, built 1410
Source: storyofprague.cz
Menariknya, kata "clock" itu sendiri punya akar etimologi dari bahasa Irlandia Kuno: “clocca”, yang berarti lonceng. Jadi sejak awal, konsep jam selalu berkaitan erat dengan suara sebagai penanda waktu.
Meskipun banyak jam kuno yang dilengkapi tambahan fitur astronomi, astrologi, bahkan animasi otomatis, sistem striking-nya sebenarnya masih cukup sederhana. Prinsip dasarnya cuma butuh sebuah cam (bentuk seperti tonjolan melingkar) yang menempel pada poros dan berputar sekali setiap jam. Saat cam ini berputar, ia akan mengangkat palu kecil lalu melepaskannya, sehingga palu tersebut memukul lonceng dan menghasilkan bunyi.
Memasuki abad ke-14, ketika jam menara mulai tersebar di berbagai penjuru Eropa, orang-orang mulai mengembangkan sistem countwheel — sebuah mekanisme yang memungkinkan jam untuk berdentang sesuai jumlah jamnya (misalnya 3 kali untuk jam 3), bukan hanya sekali tiap jam. Ini jadi evolusi penting dalam dunia horologi.
Nah, perbedaan utama antara striking clock dan repeater ada pada kontrol waktunya. Kalau striking clock akan berbunyi otomatis setiap jam, maka repeater bisa berbunyi on-demand — alias bisa kamu aktifkan kapan pun kamu mau tahu waktu lewat suara.
Di abad ke-17, ditemukan mekanisme baru yang disebut rack and snail, yang menyederhanakan cara kerja sistem striking dan membuatnya jauh lebih akurat serta konsisten. Teknologi inilah yang kemudian dimanfaatkan oleh Pastor sekaligus penemu asal Inggris, Reverend Edward Barlow, pada tahun 1675 untuk menciptakan jam pengulang waktu pertama — alias repeating clock pertama di dunia.

Penemuan Edward Barlow dirancang khusus agar bisa membunyikan jam dan kuartal kapan saja saat diminta — konsep yang masih dipertahankan di repeating watches modern sampai hari ini. Walaupun kini ada beberapa variasi sistem, seperti digital repeater dari A. Lange & Söhne, inti mekanismenya tetap sama selama berabad-abad: memberikan penanda waktu lewat bunyi yang bisa dipicu sesuai request.
Seiring dengan semakin populernya pocket watch di kalangan bangsawan dan keluarga kerajaan sejak pertengahan abad ke-17, repeating pocket watches mulai bermunculan. Pada 1680-an, baik Edward Barlow maupun Daniel Quare sama-sama mengklaim sebagai pencipta pertama jam saku dengan fitur repeater.
Situasi ini sampai membuat Raja James II turun tangan langsung. Pada tahun 1687, beliau meminta keduanya membuatkan jam repeater untuk diuji oleh dewan kerajaan. Hasilnya, Daniel Quare lah yang akhirnya mendapat paten.
Perbedaan utama antara keduanya terletak pada mekanisme pemicunya:
-
Jam versi Barlow memakai dua tombol terpisah — satu untuk jam, satu lagi untuk kuartal — yang harus ditekan bersamaan agar berfungsi.
-
Sementara versi Quare hanya memakai satu pin sederhana yang bisa mengaktifkan keduanya sekaligus, menjadikannya lebih praktis dan intuitif.
Seiring waktu, jam dengan mekanisme repeater mulai dikembangkan oleh para pembuat jam di berbagai belahan dunia. Pengaruh agama di kota-kota besar mulai berkurang, sehingga menara jam yang sebelumnya digunakan sebagai penanda waktu ibadah perlahan berubah fungsi — lebih sebagai tontonan publik atau layanan umum.
Dalam perkembangannya, lonceng tradisional digantikan oleh wire gong — semacam kawat logam yang menghasilkan suara lebih halus dan elegan. Wire gong ini juga memungkinkan jam memiliki bentuk lebih ramping karena menggunakan casing jam itu sendiri sebagai ruang resonansi, sehingga suara chime-nya tetap nyaring dan berdentang penuh.
Tapi satu hal yang gak berubah: jam repeater tetap mahal. Ketika kelas menengah mulai naik dan penerangan jalan mulai menggunakan lampu gas di abad ke-18 dan ke-19, kebutuhan akan jam besar di ruang publik makin menurun. Sebaliknya, para elite justru lebih memilih jam saku pribadi, karena lebih praktis dan eksklusif.
Menariknya, sempat ada upaya untuk membuat jam repeater yang lebih terjangkau. Caranya? Bukannya pakai gong atau lonceng, jam tersebut menggunakan palu kecil yang memukul casing langsung, bukan untuk menghasilkan bunyi, tapi untuk memberikan getaran halus yang bisa dirasakan di telapak tangan — semacam “chime hening” yang tetap bisa mengabarkan waktu tanpa suara.
Sekitar tahun 1750, pembuat jam asal London bernama John Ellicott diyakini menjadi orang pertama yang memproduksi jam saku repeater dalam jumlah signifikan — yang mampu membunyikan jam, kuartal, dan menit secara lengkap. Ini jadi tonggak penting dalam sejarah komplikasi minute repeater, karena sebelumnya kebanyakan hanya bisa membunyikan jam dan kuartal saja.

Source: revolutionwatch.com
Lalu pada 1783, muncul inovasi besar dari legenda horologi: Abraham-Louis Breguet. Dialah orang pertama yang mengganti lonceng konvensional dengan pegas gong (gong springs) — kawat logam yang melingkar dan dipukul oleh palu kecil. Inovasi ini langsung diadopsi oleh industri, dan sejak saat itu, gong spring jadi standar di hampir semua minute repeater hingga hari ini.

Source: revolutionwatch.com
Jam tangan minute repeater pertama di dunia dibuat pada tahun 1892 oleh Audemars Piguet, atas permintaan dari Louis Brandt & Frère — pendiri dari apa yang nantinya menjadi OMEGA.
Perkembangan minute repeater cenderung lebih halus dan evolusioner, mengikuti tren desain dan teknologi dari era jam saku menuju jam tangan (wristwatch). Meski banyak peningkatan dari sisi material, ukuran, dan akustik, inti dari sistem minute repeater tetap mempertahankan mekanisme tradisional yang sudah terbukti efektif sejak ratusan tahun lalu.
Cara Kerja Minute Repeater
Pada dasarnya, minute repeater memiliki independent chiming mechanism yang mengendalikan pergerakan mesin. Mekanisme tersebut memungkinkan jam dapat menghasilkan suara berbeda untuk jam, seperempat jam, dan menit. Namun, bagaimana cara kerjanya?
Sejak akhir abad ke-18 hingga era grand complication masa kini, beginilah cara kerja kebanyakan jam tangan dengan fitur minute repeater.
Untuk mengaktifkannya, kamu harus menggeser tuas (slider) atau menekan pusher yang biasanya ada di sisi casing jam. Tapi harus digeser atau ditekan sampai mentok—karena kalau tidak, mekanismenya tidak akan aktif sama sekali. Ini adalah sistem pengaman untuk melindungi movement dari kerusakan akibat aktivasi yang setengah-setengah.

Source: revolutionwatch.com
Saat tuas atau pusher bergerak, gigi pada mekanisme rack akan membaca posisi waktu terkini pada dial—menghitung jumlah jam, kuartal, dan menit—untuk menentukan berapa kali chime harus dibunyikan. Gerakan ini juga secara otomatis akan mengisi pegas kecil (mainspring) yang khusus digunakan hanya untuk fungsi repeater. Jadi, energi utama jam tidak akan terganggu, dan tidak ada risiko power loss saat chime sedang berbunyi.
Begitu proses aktif, palu-palu kecil akan memukul dua buah gong. Umumnya polanya seperti ini:
-
Nada rendah = penanda jumlah jam
-
Nada ganda (tinggi-rendah) = penanda kuartal (per 15 menit)
-
Nada tinggi = sisa menit setelah kuartal terakhir
Misalnya, waktu menunjukkan pukul 4:38, maka urutan bunyinya akan:
-
4 kali nada rendah (untuk jam 4)
-
2 kali nada ganda (untuk 30 menit alias 2 kuartal)
-
8 kali nada tinggi (untuk 8 menit setelah menit ke-30)
Hasilnya? Kamu bisa tahu waktu dengan mendengarkan bunyi—suatu kombinasi elegan antara mekanika dan seni suara dalam jam tangan.
Beberapa Jam Tangan Minute Repeater yang Populer
Berikut ini beberapa jam tangan dengan komplikasi Minute Repeater dari berbagai brand jam tangan mewah ternama:
Patek Philippe Grand Complications 5078G-010

Audemars Piguet Royal Oak Concept Supersonnerie 26577TI.OO.D002CA.01
Vacheron Constantin Patrimony 30110/000P-B089

A. Lange & Sohne Zeitwerk 147.028F

Bvlgari Octo Finissimo 102559

Nah, minute repeater menjadi bukti nyata dari inovasi teknologi dan karya seni mekanis yang menghasilkan keindahan pada jam tangan. Dilihat dari nilai eksklusivitasnya, tidak heran jika kolektor dan pecinta jam tangan mewah di seluruh dunia mengincarnya.
Ingin mengeksplorasi lebih dalam tentang minute repeater dan menemukan koleksi jam tangan yang sesuai dengan gaya Anda? Omniluxe tempatnya! Kunjungi website Omniluxe atau langsung mendatangi toko kami di Mall Artha Gading, Jakarta Utara.
Dengan banyaknya pilihan jam tangan mewah original, Omniluxe menawarkan kualitas dan harga terbaik khusus untuk Anda. Jadi, tidak perlu berlama-lama lagi, jelajahi koleksinya dan temukan jam tangan mewah impian Anda sekarang.
Baca juga: Tantalum: Inovasi Hidden Material dalam Dunia Jam Tangan Mewah
Referensi
"Minute Repeater", https://www.wixonjewelers.com/education-type/minute-repeater/.
Hannay, D. C. “The Quirky Pieces of Supercollector Aashdin Billimoria | INTERVIEW.” Time+Tide Watches, 26 May 2024, https://timeandtidewatches.com/super-collector-aashdin-k-billimoria-interview/.
Chia, Cheryl. “The Basics and Beyond: Minute Repeater.” Revolution Watch, 2 Aug. 2024, https://revolutionwatch.com/the-basics-and-beyond-minute-repeater/.
Kunz. Mathias, "What is a minute repeater, and how does it work?", 20 Nov. 2019. https://www.chrono24.com/magazine/what-is-a-minute-repeater-and-how-does-it-work-p_53744/.
Baines, Brandon. “How Watches Work: What Is A Minute Repeater?” Fratello Watches - The Magazine Dedicated To Luxury Watches, 20 Sept. 2021, https://www.fratellowatches.com/how-does-minute-repeater-watch-work/.