Sejarah Lahirnya Mekanisme Automatic Watch: Dari Inovasi Abad ke-18 hingga Era Modern

Sebagian besar jam tangan mewah modern saat ini memang menggunakan automatic movement — dan ya, itu bukan hal yang mengherankan. Walaupun masih ada beberapa model yang tetap mempertahankan quartz atau manual-winding movement, mayoritas brand besar seperti Rolex, Patek Philippe, hingga Audemars Piguet banyak memproduksi jam tangan automatic.
Kita sebelumnya sudah membahas cara menggunakan jam tangan otomatis dengan benar. Namun, karena teknologi ini sudah sangat umum dan nyaris menjadi “standar”, banyak orang justru menganggapnya sepele. Padahal, di balik kemudahan yang ditawarkan — tanpa perlu memutar crown setiap hari atau mengganti baterai seperti quartz — terdapat sejarah panjang dan evolusi teknis yang menarik.
Untuk memahami lebih dalam tentang sejarah jam tangan otomatis, kita perlu menelusuri bagaimana mekanisme ini lahir, berkembang, dan akhirnya menjadi dominan di dunia horologi modern. Let’s find out!
Abad ke-18: Siapa Sebenarnya Penemu Automatic Watch Pertama?

Source: monochrome-watches.com
Abraham-Louis Perrelet
Dalam dunia horologi, pencatatan sejarah sering kali penuh teka-teki — termasuk soal penemu automatic watch pertama. Nama Abraham-Louis Perrelet sempat lama diakui sebagai pelopor, berkat laporan tahunan 1777 yang menyebut ia membuat jam yang bisa “bergerak” sendiri.

Source: monochrome-watches.com
Hubert Sarton
Namun, temuan Joseph Flores di tahun 1993 menggiring sorotan ke Hubert Sarton, pembuat rancangan rotor sentral yang mirip sistem modern, dipresentasikan di Paris pada 1778. Perdebatan ini menyoroti satu hal penting: betapa krusialnya dokumentasi teknis dalam melacak asal-usul inovasi.
1920-an, Harwood dan Fortis: Dari Eksperimen ke Produksi

Source: fratellowatches.com
John Harwood & Jam Tangan Automatic Pertama di Dunia
Lompatan besar dalam sejarah jam tangan otomatis terjadi di awal 1920-an lewat sosok John Harwood. Ia merancang sistem perputaran bobot dengan bumper spring, menghilangkan kebutuhan akan crown.
Harwood menggandeng Fortis, dan pada 1926, dunia melihat peluncuran jam tangan otomatis pertama yang diproduksi massal. Kelebihan jam tangan otomatis tersebut kala itu cukup revolusioner: lebih tahan debu dan lembap karena tidak perlu dibuka untuk memutarnya.
Namun, desain awal juga punya keterbatasan, seperti arah ayunan rotor terbatas dan efisiensi winding yang belum maksimal. Meski begitu, era Harwood-Fortis menandai transisi penting dari ide eksperimental menjadi teknologi benar-benar fungsional dan layak pakai.
1931: Rolex dan Perpetual Rotor

Source: monochrome-watches.com
Perpetual Rotor 1931
Tahun 1931 menjadi momen penting dalam sejarah jam tangan otomatis ketika Rolex memperkenalkan sistem perpetual rotor — rotor yang bisa berputar 360 derajat tanpa henti. Inilah pertama kalinya cara kerja automatic watch menjadi jauh lebih efisien dan minim gesekan.
Berbeda dari sistem sebelumnya yang terbatas arah putarannya, inovasi Rolex memungkinkan energi kinetik pengguna diubah jadi tenaga dengan lebih optimal. Seiring waktu, sistem ini menjadi standar industri dan menjadikan Rolex penentu arah evolusi jam automatic dunia, tidak hanya pelopor.
1940-1970: Era Pasca Perang

Setelah Perang Dunia II, dunia jam tangan memasuki fase penyempurnaan. Tahun 1948, Eterna memperkenalkan sistem ball bearing untuk rotor — mengurangi gesekan dan meningkatkan efisiensi. Seiko menyusul dengan Magic Lever pada 1959, sistem yang sederhana tapi sangat tahan lama.
Universal Geneve pun tak mau ketinggalan lewat micro-rotor, memungkinkan desain lebih tipis dan elegan. Inovasi-inovasi ini membuat jam otomatis tak lagi sekadar teknologi mahal nan eksklusif, tapi perlahan menjadi norma baru di industri horologi.
1950-1980: Mikro-Rotor & Peripheral

Source: monochrome-watches.com
Peripheral Rotor Patek Philippe
Untuk menjawab tren jam ultra-tipis, para pembuat jam mencoba memindahkan rotor dari posisi tengah. Solusinya? Mikro-rotor berukuran kecil dan tertanam dalam pergerakan. Buren dan Universal Geneve menjadi yang pertama mempopulerkannya pada 1950-an.
Tapi Patek Philippe membawa eksperimen ini lebih jauh lewat peripheral rotor, yaitu rotor melingkar di sisi luar mesin yang memungkinkan tampilan mesin lebih terbuka dan profil lebih ramping.
1990-Sekarang: Kebangkitan Pasca Quartz Crisis
Setelah badai quartz mereda, industri mekanik tak sekadar bertahan — mereka berevolusi. Muncul teknologi seperti ceramic ball bearing yang memperpanjang usia pakai rotor tanpa perlu pelumasan sehingga efisiensi meningkat dan gesekan berkurang.

Source: watchtime.com
Ulysse Nardin Grinder System
Ulysse Nardin juga memperkenalkan sistem Grinder, automatic mechanism dengan empat pawl yang menangkap setiap gerakan sekecil apa pun. Bersama inovasi seperti Magic Lever dan OneWay System, ini jadi bukti nyata bahwa mechanical watch terus menjawab tantangan era digital dengan kecanggihan yang tak kalah presisi.
Kesimpulan
Banyak kolektor tak sekadar mencari akurasi, tapi cerita di balik automatic watch yang mereka kenakan. Di balik putaran tiap rotor, ada warisan panjang, keahlian mekanik, dan cerita manusia. Perbedaan automatic dan quartz pun akhirnya bukan cuma teknis, melainkan filosofis.
Jika Anda ingin merasakan detak waktu yang benar-benar berarti, Omniluxe hadir sebagai tempat terpercaya untuk menemukan jam tangan mewah automatic terbaik — dengan proses cepat dan aman.
Baca juga: Sejarah di Balik Minute Repeater: Komplikasi Jam Tangan Bernilai Miliaran
Referensi
Markl, Xavier. “Technical Perspective: A Comprehensive History of the Automatic Watch.” Monochrome Watches, 11 June 2024, https://monochrome-watches.com/history-automatic-watch-first-automatic-pocket-watch-first-automatic-wristwatch-technical-perspective/.
databases, Authority. “Automatic Watch - Wikipedia.” Wikimedia Foundation, Inc., 1 Nov. 2023, https://en.wikipedia.org/wiki/Automatic_watch.
Kessler, Sam. “History of the World’s First Automatic Wristwatch.” Oracle Time, 6 Jan. 2023, https://oracleoftime.com/history-of-the-worlds-first-automatic-wristwatch/.